Friday, October 29, 2010

AFTERSHOCK - amateur's point of view

Well, akhirnya kesampaian juga nonton "Aftershock". Setelah diiming-imingi kalau filmnya bagus dan keren oleh sepupu tercinta, dan terpaksa kecewa ketika tahu film tersebut sudah tidak diputar di bioskop terdekat, akhirnya hari ini berhasil juga aku nonton film ini - hasil meminjam, tentunya, hehe...

Hmm... let's start.


Overall, filmnya sih oke. Seharusnya, ceritanya bisa lebih greget lagi; sayangnya, too much time lapse, dan ketika bagian puncak, malah gak greget. Gampangnya : mata baru sampai berkaca-kaca, scene-nya udah ganti (padahal tadi udah hampir siap-siap tissue lho). Tapi... nonton ini setelah rentetan kejadian alam di Indonesia beberapa hari ini bener-bener bikin sensasi menyeramkan, bener-bener takut kalau itu terjadi (terbukti, waktu bagian gempa-gempa, aku bolak-balik liat ke kamar ortu. Yup, i was so worried that bad things would happen to them >_<).

Ada beberapa scene yang aku percepat juga sih, gara-gara aku gak tahan kalau lihat darah ataupun organ tubuh yang hancur (proses hancurnya sih, tepatnya) - yang sebenarnya gak ada di film ini (atau karena aku skip ya?). Tapi ini beberapa scene yang sempet bikin aku (nyaris) nangis :
1 - waktu Yaya (oke, aku udah lupa nama asli pemeran wanitanya, yang aku inget malah nama dari ortu angkatnya) pulang dan melihat tomat di baskom, yang membawa pikiranku kembali ke janji mamanya sebelum gempa 1976 terjadi, dan kemudian mamanya bilang, "Aku gak bohong. Tomat itu kucuci untukmu..."
2 - waktu mereka ke kuburan, dan di "kuburan" Yaya, ada buku pelajaran dari SD sampai SMA, dan Fang Deng (saudara kembarnya) bilang, "Tiap tahun, mama selalu beli dua set buku. Satu untukku, satu untukmu..."
3 - waktu akhirnya, Yaya dan mamanya berpelukan

Adegan lainnya adalah waktu mama angkat Yaya mau meninggal dan dia bilang, "Aku sudah akan meninggal, ijinkan aku menciummu..."

Aku juga gak tahu, entah karena aku nonton di rumah dan sendirian (dan karena faktor terjemahan yang tidak terlalu terlihat jelas) atau karena hal apa, aku gak sukses menangis seperti yang dijanjikan sama sepupuku. Well, tapi tetap ada beberapa hal yang aku pelajari dari film tersebut :
1. Once family, will always be family
Mamiku selalu bilang, "Ada mantan teman, mantan pacar, mantan isteri, mantan suami... Tapi gak akan pernah ada mantan saudara". Dan memang benar, sekali menjadi keluarga, selamanya tetap keluarga (yang, as a Chinese, keluarga itu berarti keluarga besaaaaaaaaaar).

2. Parents don't always do the best, but they know the best beyond our knowing

3. Jangan menyimpan kepahitan
Yaya tidak mau mencari keluarganya selama puluhan tahun karena dia menyimpan kepahitan terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh mamanya. Sesaat sebelum gempa, dia marah karena mamanya memilih memberikan tomat kepada saudaranya; dan saat gempa, dia marah karena mamanya lebih memilih untuk menyelamatkan saudaranya. Sejak saat itu, dia berusaha melupakan keluarganya, akan tetapi, kata-kata mamanya -save my son- terus "menghantui" dia selama bertahun-tahun, dan rasa kepahitan itu membuat pribadinya berubah. Baru saat dia mau memaafkan mamanya, dia bisa merasakan kasih sayang itu lagi

Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa hal yang membuat aku berkata, "what?!". Kenapa???
1. Yaya menikah dengan orang Kanada. And know what?! Ada iMac di rumahnya. OMG! It's my dream gadget!
2. Waktu Yaya kasih lihat foto-foto keluarga angkat dan keluarganya ke mamanya, dia pakai iPod Touch (i'm sure it's not iPhone karena -ceritanya- itu tahun 2008). Arrgh! I want one, too...
-tapi bagian yang ini gak penting-

Oke deh. Sekarang udah waktunya aku tidur, kalau gak mau jadi kalong lagi. So, good night :)

No comments:

Post a Comment